Lapangan Sisingamangaraja Bontean

Lapangan legendaris kota Balige ini adalah pusat kegiatan warga Balige. Pada tahun 2022-2023 Lapangan ini di revitalisasi dengan drastis menjadi venue F1H20, lengkap dengan berbagai fasilitas yang sangat baik. Sehingga mendukung berbagai kegiatan pemerintah dan masyarakat.

Balige Beach Hotel

Penginapan Baru di pinggiran Danau Toba di Haumabange, Balige

Desa Ulos Meat

Desa Ulos Meat adalah desa yang sudah turun temurun menjadi lokasi penenun Ulos di Kabupaten Toba. Bertenun adalah pekerjaan sebagian besar ibu rumah tangga disini, karena mereka bisa tetap mengerjakan tugas domestik di rumah. Semua penenun mengerjakan proses tenun di rumah masing-masing.

TobaExperience untuk meningkatkan ekonomi masyarakat tenun ini, akan mengadakan pasar ulos setiap hari jumat atau sabtu pagi di desa tersebut. Lokasi bisa dicapai dengan menggunakan kapal, sekaligus berkeliling melihat berbagai keindahan pinggiran pantai Danau Toba.

Balerong Balige

Tepat di pusat area Balige, terdapat sebuah bangunan yang dikenal dengan nama Balairung (Onan  Balerong). Onan Balerong dibangun oleh Belanda pada tahun 1936.

Balerong memiliki bentuk menyerupai 6 deretan bangunan Sopo atau rumah tradisional  Batak Toba. Sejarahnya, diketahui dari berbagai sumber, pembangunan Balerong dikepalai oleh 6 orang arsitek bermarga Batak. Itu mengapa terdapat 6 bentuk desain Sopo pada Onan Balerong yang masih dipertahankan hingga kini.

Jika diperhatikan, corak dan pola ukiran pada setiap bangunan Balerong itu tidak sama persis. Itu karena semua pengerjaannya memang dilakukan dengan manual, seperti memotong besi, memotong kayu, pengukuran, dan juga membuat lubang- lubang pada besi.

“Sehingga prosesnya agak lambat namun memiliki kualitas bangunan yang cukup tinggi,” begitu bunyi tulisan di buku sejarah batak,”

Selain proses pembangunan yang unik, fungsi awal Balerong juga unik. Fyi, pada mulanya Belanda membangun Balerong bukanlah diperuntukkan sebagai pasar, melainkan untuk dijadikan sebagai pusat teater atau opera. Itu sebabnya, dari sekitaran Balerong Balige pernah berkembang opera-opera Batak legendaris yang kini keberadaannya hampir punah.

Sesudah Belanda angkat kaki dari Indonesia tahun 1942, barulah Balerong dialihfungsikan menjadi pasar tradisional. Pengalihfungsian Balerong menjadi onan muncul karena keinginan dari raja – raja huta yang ada di sekitar Balige untuk menyatukan onan di suatu tempat.

Huta Siallagan Ambarita Samosir

Rumah adat yang ada di Huta Siallagan terdiri dari 3 jenis, yaitu Rumah Bolon, Rumah Siamporik, dan Rumah Sibola Tali. Rumah Bolon bentuknya lebih besar, tangga dari dalam dan dihuni oleh raja dan anaknya. Rumah Siamporik, bentuknya lebih kecil, tangga dari luar, dihuni oleh keluarga yang diundang tinggal di huta itu (boru, bere, dan marga siallagan yang bukan keturunan raja). Sedangkan rumah Sibola Tali bentuknya lebih langsing dan kecil, dihuni oleh kerabat raja (anak laki-laki), bedanya dengan rumah bolon adalah anak sulung laki-laki yang berhak tinggal dan memilikinya.

Salah satu ciri khas dan juga merupakan bangunan terkenal dari Huta ini, adalah adanya batu kursi atau batu persidangan dan batu parhapuran, dan dikelilingi tembok batu setinggi 1,5 meter. Batu persidangan ini merupakan tempat raja Siallagan zaman dahulu mengadili penjahat. Di samping kursi persidangan tumbuh pohon yang disebut sebagai pohon kebenaran, yang merupakan Pohon Hariara. Semua keputusan pengadilan yang diambil raja disampaikan atau disumpahkan ke pohon ini

Pawai 17 Agustus Di Balige

Perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia Di Balige selalu meriah. Tradisi ini sudah berlangsung puluhan tahun, dimana seluruh anak sekolah mulai dari SD hingga SMU/SMK selepas mengikuti upacara di Lapangan Sisingamangaraja Balige akan berkeling kota dengan menabuh drum, berbagai pakaian budaya seluruh nusantara. Seru untuk di ikuti.

Tuktuk Siadong

Desa kecil ini terletak di sebuah pulau kecil di Pulau Samosir. Wisatawan dapat menikmati keindahan Danau Toba dari sini. Desa ini menawarkan panorama yang mempesona dan suasana yang menyegarkan. Bagian yang terbaik adalah lokasinya. Tuktuk Siadong terletak di antara Desa Ambarita dan Tomok. Itu berarti Anda bisa menjelajahinya satu per satu.

Langit biru dan cuacanya bagus. Desa Tuktuk Siadong jelas merupakan surga wisata. Hal ini telah menjadi tujuan favorit wisatawan mancanegara dan domestik. Mereka bahkan menganggapnya sebagai tempat terbaik untuk menyaksikan keindahan Danau Toba. Ada resor yang bagus dan menerapkan arsitektur khas Batak. Ada berbagai jenis pohon disekitarnya. Pengunjung bisa duduk dan bersantai di samping danau atau mengendarai speedboat untuk aktivitas petualangan danau.

Desa Tuktuk Siadong menjadi tujuan utama wisata keluarga. Di samping itu, pengunjung punya alasan berbeda untuk datang kesini. Misalnya, mereka ingin menghabiskan liburan yang indah bersama teman atau keluarga. Namun, beberapa dari mereka datang ke desa untuk berbulan madu, tidak masalah. Lokasi ini dimaksudkan untuk semua orang. Ini juga dilengkapi dengan hutan liar dan pemukiman khas budaya batak. Karena kemewahan dan berbagai atraksinya, pemerintah telah memilihnya sebagai kawasan wisata utama di Pulau Samosir.

Desa Tuktuk Siadong terletak di daerah Tanjung. Itu berarti Anda dapat menikmati berbagai olahraga air seperti menyelam, berenang, memancing, berkano, dll. Ketika sampai pada fasilitas, Anda dapat menemukan restoran dan hotel yang bagus. Selain itu, ada beberapa bengkel ukir. Pertemuan dengan seniman pasti merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Jika perlu, Anda bisa belajar mengukirnya. Jangan lupa beli beberapa kenang-kenangan. Itu berarti Anda harus membawa lebih banyak uang baik untuk akomodasi maupun oleh-oleh.

Secara keseluruhan, Anda bisa melakukan banyak hal di Tuk Tuk. Bisa aktivitas sesederhana seperti bersepeda di sekitar desa. Biasanya, dibutuhkan waktu hanya 2 jam. Waktu terbaiknya adalah di pagi atau sore hari. Lebih baik menghindari panasnya matahari di siang hari. Selanjutnya, desa tersebut menawarkan berbagai jenis makanan. Ini termasuk masakan Batak dan Barat. Beberapa wisatawan juga mencari seniman lokal. Mereka ingin membuat ukiran kayu yang indah. Bisa berupa gelang atau kalung kayu.

Jembatan Dalihan Natolu Tano Ponggol

Jembatan Tano Ponggol Dalihan Natolu merupakan kawasan penghubung antara daratan Sumatera dengan Pulau Samosir.
Sehingga, jembatan tersebut kerap disebut sebagai kanal di Kecamatan Pangururan, Samosir.
Jembatan ini dibangun pada sekitar tahun 1907 oleh pemerintah Kolonial Belanda yang menjadi ikon Pulau Samosir.
Disebutkan, kanal ini selesai dan diresmikan pada tahun 1913 oleh Ratu Wilhelmina dan bahkan sempat dijuluki Terusan Wilhelmina.
Tanah yang dikeruk bertujuan agar air Danau Toba yang berasal dari pesisir Silalahi dapat melewati Pangururan dan sebaliknya, sehingga kapal-kapal dapat mengelilingi danau Toba.
Air danau yang mengalir melalui kanal Tano Ponggol disebut sebagai Aek Tano Ponggol, sedangkan jembatan yang dibangun di atas kanal untuk memudahkan transportasi darat dari pulau Sumatra ke pulau Samosir disebut Jembatan Tano Ponggol Dalihan Natolu.

Makan Siang Di Toba Caldera Resort

Di kawasan yang dikelola BPODT ini, tamu akan makan siang dan bisa menikmati indahnya kawasan. Termasuk foto di spot foto Pak Presiden Joko Widodo.